Gangguan Kecemasan

Written in

by

Tengah malam ini aku ‘turun’ ke kota mencari praktek dokter yang masih buka. Bertanya ke sana kemari alamat dokter prkatek ke orang² di pinggiran jalan. Aku sdh mengecek semua rumah² mewah dengan papan nama praktek dokter bla bla bla tetapi semuanya telah terkunci rapat. Aku sdh mengecek hingga masuk ke ruang IGD salah satu klinik semacam rumah sakit tp dokternya sdh tdk di tempat, tersisa beberapa perawat saja.

“Ada masalah pada paru² atau jantungku”. Ini kalimat sugesti yang selalu menancap keras dalam pikiranku sejak kurang lebih dua minggu yang lalu ketika aku mulai merasakan nyeri dada sebelah kiri. Dari kondisi itu aku telah bertanya pada banyak orang, bertanya pada Kiai Google tentang gejala² yang aku alami. Keingintahuanku menyebabkan aku harus menderita seperti persis beberapa tahun yang lalu ketika kecemasan akut menimpaku. Ini penyakit yang menyiksa bagiku walaupun perlawanan sudah aku lakukan. Tetapi sedikit saja pemicunya, mampu mensugesti pikiranku dengan macam² kondisi yang dikemudian hari bisa aku anggap berbahaya. Maka kentut kurang normal pun bagiku itu akan menjadi pemicu kecemasan yang membuat aku terseok² dibuatnya. Ngeri kan?

Sejak dua hari lalu, aku membaca artikel tentang detak jantung normal. Ini aku lakukan karena ketakutanku bahwa mungkin yang terganggu adalah jantungku, maka aku harus mencoba mengetahui apakah irama jantungku normal atau tidak. Aku mulai mengeceknya dengan menghitung denyut nadi leherku permenitnya. Awalnya normal, tetapi setelah mengulang² beberapa hari, ada yang aneh, jumlah detak jantung permenit yg awalnya hanya 60an hari berikutnya menjadi 70an. Hari ini aku mengukur lagi dan ternyata mencapai 80an detak permenit. Wow ini ada yang salah. Gumamku dalam hati. Jantungku semakin berdebar² tdk karuan. Cemas beehasil menguasaiku lagi.

Aku ditemani kakakku akhirnya memeriksakan diri ke dokter tetangga rumah. Beliau memeriksa tensi darah, katanya normal. Menyuruhku berbaring dan beliau menempelkan stetoskopnya ke dadaku selang beberapa saat. Beliau mengatakan tidak apa². “Jantungmu memang agak cepat ritmenya tapi teratur, mungkin kamu cemas saja. Aman aman. Kalau mau periksa lgi nanti sy buatkan surat pengantar untuk rekam ronsen”. Sambil berguyon² pak dokter bilang ke kakakku, gak usah khawatir mama Nabil. Aku mulai lega. Alhamdulillah gumamku. Sepanjang hari ini pikiranku dipenuhi oleh kecemasan dan jantung yang berdebar ditambah tdi siang dan petang tadi aku mendengar semacam desiran dri detak jantungku yang menggebu. Salah satu penyakitku yang tdk bisa aku lawan ketika connect internet adalah rasa ingin tahu dan mencari tahu segala hal sekecil apa pun terkait apa yang aku rasakan. Biang keladi!!!

Sekarang, bagaimana keadaanku? Jauuuuh lebih baik dan lega setelah dokter bilang seperti itu. Jantungku tdk berdebar lagi, kembali normal seperti biasa meskipun dadaku masih nyeri saat menarik nafas dalam². Aku harap pak dokter benar atas diagnosisnya; aku tdk apa².
Selanjutnya mungkin besok aku akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengeyahui penyebab nyeri dada yang aku alami. Semoga hanya nyeri biasa bukan karena penyakit yang serius.

Gangguan kecemasan. Kalau kalian belum merasakannya, kalian tentu saja akan menganggap ini hal remeh yang jika kalian pikir org seperti sy seharusnya anti terhadap kecemasan. Ya, susah menjelaskan suara kicauan burung kepada orang yang tuli, memang. Awalnya sy jg tdk pernah mengidap gangguan ini. Tapi ini riil aku rasakan sekarang. Sejak beberapa bulan yang lalu atau mungkin setahun lebih yang lalu, ketika tekanan hidup menghampiriku. Aku tak akan ceritakan pergulatan yang aku alami selama di Semarang. Kehidupan ekonomi, kondisi diri pribadi, pendidikan dan tentu saja percintaan yang seakan menekan urat leherku.

Pada akhirnya pada suatu sore aku tumbang dan mulai mengidap kegelisahan, kecemasan, jantung berdebar, keringan dingin, ketakutan dalam keramaian, was², bahkan sering kali aku berhenti bermain PS ketika sedang asyik²nya karena gangguan itu tiba² saja muncul. Aku terpaksa masuk UGD ditemani mas Imha, jantungku direkam, dan hasilnya aku baik² saja. Beberapa saat kemudian, resep obatnya datang dan salah satu perwat menyodorkan untuk diminum saat itu juga sambil bilang, baring di sini saja dulu ya mas, kita liat reaksi obatnya. Beberapa menit berlalu. Aku merasakan ketenangan yang luar biasa. Belakangan aku tau butiran² kecil itu adalah obat penenang setelah konsultasi pada seorang senior di pondok yang jg anak kesehatan. Aku dilarang untuk mengonsumsi obat² tersebut. Katanya obat itu bisa membuat aku kecanduan.

Kecemasan itu muncul lagi akhir² ini. Perasaan sensasi terlepas nyawa saat tidur yang dulu aku alami, beberapa hari ini kembali menyerangku. Aku bahkan nyaris tdk bisa merasakan nikmatnya tdr siang. Selang satu menit tdr aku terbangun dengan sensasi merasa nyawa terlepas dari tubuh dan pada saat yang sama aku memegang wajah dan kulitku yang lain, memastikan bahwa aku masih hidup. Begitulah kecemasan menyerangku.

Penyebabnya kalau mau diurut mungkin kalian tdk akan terlalu percaya. Ini masalahnya pengalaman pribadi dan setiap orang memiliki pengalaman pribadi yang tdk sama. Aku pun kurang yakin. Tetapi dalam ilmu psikologi, bahkan kejadian di masa lalu yang traumatis itu bisa berpengaruh bagi kondisi kejiwaan di masa mendatang. And, aku memilki traumatis masa lalu yang setiap hari membayangiku. Aku tak akan ceritakan.

Begitulah kawan. Tetaplah waras. Jangan terkena penyakit gangguan ini. Sejujurnya, gangguan ini sangat mempengaruhi kualitas hidup.

Bau², 31 Juli 2018

Tags

Categories

Tinggalkan komentar

Upsidedown is a WordPress theme design that brings blog posts rising above inverted header and footer components.